Home » » BENI, SI TUNA GRAHITA PRESTASI

BENI, SI TUNA GRAHITA PRESTASI

Written By Unknown on Minggu, 03 Maret 2013 | 3/03/2013 08:31:00 PM



Bangunan itu sepi, beberapa orang ibu menunggu anaknya. Sesekali teriakan dari dalam kelas terdengar hingga keluar. Di ruangan kira-kira 5x5 meter, Kris Sitiadji kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita Hati
menyambut dengan senyum kedatangan saya.
“Disini ada sekitar empat puluh siswa yang belajar,” kata Kris mengawali cerita. Ada hal menarik yang dikemukakan Kris saat perbincangan dimulai. Katanya meski siswa di SLB ini mengalami kekurangan secara mental, namun itu sama sekali tidak mengurangi nilai kualitas anak-anak itu. “Beni Kurniawan dapat peringkat empat dalam pertandingan tenis meja tingkat nasional,” tambah Kris.
***
Di ruang belajar kira-kira 8x8 meter, Teguh Wijaksono Guru Pembina SLB Pelita Hati usai mengajar. Di sekitarnya duduk beberapa siswa, Teguh dengan santai menceritakan bagaimana proses pelatihan yang mereka lakukan pada Beni.
Menurut cerita Teguh. Beni siswa yang mengalami tuna grahita, yaitu anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata-rata. Secara fisik Beni terlihat seperti anak normal biasa, namun secara mental Beni terbelakang. “Tingkatan IQ nya masih 90% kebawah,” katanya.
Tidak hanya Teguh yang berjasa mendidik Beni, menurut Teguh semua guru di SLB berperan aktif dalam proses menemukan jati diri. Prosesnyapun tidak dalam waktu yang singkat. Teguh cukup bangga dengan prestasi yang diraih oleh siswanya, Harapan Teguh semua anak di SLB pelita hati mampu bersaing di tingkat nasional.
Keterbatasan fisik bukan kendala untuk berprestasi. Melalui Pekan Olahraga Cacat Nasional (POPCANAS), mendulang prestasi di tingkat Nasional. Beni, Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) penyandang tuna grahita ini unjuk kemampuan. “fisik bukan menjadi kendala dengan semangat dan kerja keras kita bisa berprestasi,” ungkapnya terpatah-patah. Ia hobi olahraga, tenis meja adalah andalannya.
Saat ditemui di SLB Permata Hati (12/01), Beni akan mempersiapkan diri untuk POPCANAS tahun ini. “Saya latihan dua kali seminggu,” ungkapnya sambil melihat kearah Teguh, Guru olahraga  yang pada saat itu berada di sampingnya. “Saya harus semangat, aku harus menang,” tambahnya sambil mengangkat tangan kanannya. “Agar anak tuna grahita bisa berprestasi, diperlukan kesabaran untuk melatih mereka,” ungkap Teguh. “Tak hanya kesabaran pelatih, tetapi juga kesabaran orang tua. Karena itu, saya berharap para orang tua tak enggan mengantarkan anak-anak berlatih,” tegasnya.
Teguh mengatakan, “Beni tergolong ke dalam tuna grahita yang masih ringan,” untuk menentukan jenis tuna grahita melalui test IQ dan menguji kemampuan edukasi maupun olahraga. “Makanya Beni dapat ikut serta ke dalam POPCANAS yang tiap tahun diadakan,” tambahnya. Kerja keras Beni membuahkan hasil dengan mendapatkan peringkat keempat tenis meja pada POPCANAS 2010 lalu.
Perjuangan bagi Beni belum selesai. Masih ada kompetisi yang akan dihadapi. Perlu kerja keras dan semangat besar untuk berprestasi. Dengan semangat yang dimiliki oleh Beni, Teguh optimis Beni mampu bersaing untuk kedua kalinya di tingkat nasional.
Tidak hanya semangat, biasanya orang menjadikan umur sebagai kendala dalam berprestasi, tetapi tidak bagi Beni. Umur tidak menjadi kendala, meski sudah berusia 15 tahun itu pasti bisa. Tak banyak yang dapat ia lakukan, pulang sekolah hanyalah berdiam diri di rumah sambil membaca buku. Ia mengatakan “senang sekolah di SLB Pelita Hati, tidak ada teman yang mengejek”. Beni berharap dapat lulus seleksi pada tingkat daerah untuk mewakili Riau pada POPCANAS 2011.
By. Andika Wiguna

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. ANDIKA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger